Daya Tahan Pendidikan di Era Perubahan

Saat ini tak ada produk atau tatanan yang aman. Semua sedang dalam tekanan oleh kemungkinan lahirnya produk baru yang lebih inovatif dan menjanjikan. Ada banyak perusahaan besar yang tumbang oleh pendatang baru gegara membawa inovasi produk. Seperti Nokia, Blacberry, IBM, Kodak Xerox, Yahoo, dll.  

Produk inovasi terbaru saat ini adalah ChatGPT yang dirilis perusahaan OpenAI pada 30 November 2022.  Kehadiran teknologi berbasis artificial intelligence (AI) ini disambut gegap gempita oleh publik dunia. Hanya dalam waktu empat hari satu juta orang telah bergabung. Sebulan kemudian meningkat menjadi satu juta pengguna aktif.

ChatGPT juga disambut dengan harap cemas banyak pihak. Konon raksasa Google diprediksi akan tumbang dalam dua tahun disebabkan oleh mesin pintar ini.  Tak hanya itu, chatbot ini juga ditengarai akan menghapus banyak profesi dan pekerjaan. 

Pendidikan adalah salah satu sektor yang mendapat ancaman langsung. Meski banyak kelemahan dalam teknologi baru itu, ChatGPT telah dinyatakan lulus ujian diperguruan tinggi terkenal Amerika. Dunia pendidikan sempat gempar dan pro kontra oleh robot pintar ini yang kehadirannya turut 'mencampuri' urusan sensitif pendidikan seperti menjawab soal ujian, membuat esai, artikel ilmiah, dll.

Sementara, Bill Gates termasuk orang yang memandang positif teknologi berbasis AI. Bos microsoft ini meramal AI akan mengganti manusia sebagai guru bagi anak. Tak butuh waktu lama.  AI akan menjadi tutor sebaik yang dilakukan manusia dalam mengajari membaca, menulis dan mengajari matematika. AI juga akan membantu menjadi asisten peneliti dan memberi umpan balik tentang menulis. "Hal itu bisa terwujud", kata pendiri Microsoft itu, "tak kurang 18 bulan dari sekarang".

Selain potensi guru yang akan tergantikan, 'institusi pendidikan' baru yang cukup canggih dan menjanjikan secara tak sadar ada disekitaran kita. Namanya 'Sekolah Google',  'Sekolah YouTube' dan belakangan 'Sekolah ChatGPT'. Di sekolah ini 'siswa' bisa belajar kapan saja, bertanya sepuasnya, mengakses pengetahuan apa saja dan semua itu didapatkan dengan mudah dan cuma-cuma. Jika sekolah hanya transfer pengetahuan, sebagaimana yang terjadi saat ini, pada hakekatnya sekolah yang ada sudah amat kadaluarsa.

Pertanyaannya, mampukah dunia pendidikan bertahan menghadapi laju perkembangan teknologi yang melesat pesat itu? 

Tentu jawabannya tergantung respon yang dihadapi dunia pendidikan itu sendiri. Jika dunia pendidikan gagal menangkap cepatnya perubahan dan gagal melakukan penyesuaian diri, besar kemungkinan institusi pendidikan  yang ada selama ini akan kehilangan relevansi dan potensi tertinggal. Pada suatu masa, atau tak lama lagi sistem pendidikan saat ini tinggal cerita kenangan.

Dua tantangan besar yang sedang menghadang dunia pendidikan saat ini. Pertama, zona nyaman, yakni kecenderungan memandang keadaan tak terjadi apa-apa dan bekerja seperti biasanya. Pada situasi ini tak muncul kepekaan terhadap krisis, apalagi melakukan antisipasi.

Kedua, keberadaan keberadaan inovasi teknologi yang secara fungsi menjawab apa yang dilakukan dan dibutuhkan dunia pendidikan saat ini.  Institusi pendidikan tak lagi menjadi pusat-pusat informasi dan pengetahuan. Akses terhadap pengetahuan saat ini sangat berlimpah bak air bah. Institusi pendidikan saat ini hanya satu bagian kecil saja dari sumber pengetahuan.

Pada kondisi saat ini daya tahan dunia pendidikan sedang diuji untuk dua kemungkinan: 'tenggelam' atau bertahan. Tak banyak pilihan. 

Bertahan artinya institusi pendidikan harus bergerak mengikuti ritme perubahan, cepat menyesuaikan diri dan keberanian melakukan inovasi. Dinamika institusi pendidikan harus terbangun satu iklim baru yang kondusif di mana situasi perubahan dan gagasan-gagasan baru menjadi menu segar dalam pembelajaran. 

Subyek pendidikan, baik guru maupun siswa adalah para pembelajar yang penuh elan. Hubungan keduanya tak bisa lagi subyek-obyek yang searah. Siswa adalah mitra guru mencari ilmu. Guru adalah fasilitator yang memberi motivasi dan rangsangan belajar siswa. Siswa bukan lagi botol kosong yang harus diisi.  Posisi siswa adalah subyek yang memiliki inisiatif dan punya hasrat belajar tinggi untuk mencari dan menemukan.

Sekolah atau kampus menjadi tempat belajar dan sekaligus wahana interaksi gagasan serta kreativitas yang menyenangkan. Iklim sekolah adalah perdebatan, pikiran kritis, uji gagagsan, dan penemuan-penemuan. 

Sekolah seperti ini seperti yang digagas Ki Hajar Dewantoro, sebagai taman siswa. Belajar bagai bermain di taman dalam suasana riang gembira, tahan berlama-lama dan rindu kembali. Mengeksplorasi pengetahuan atau penemuan, ibarat eksplorasi anak saat bermain dan merayakan kegembiraan.

Pada posisi ini pendidikan 'terjadi'. Belajar menjadi elan yang menggairahkan. Sampai kapan pun, sistem pendidikan seperti ini akan selalu bertahan dan berkembang.


Penulis:

Gunawan Adib Achmadi

Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Poltek Harber

03 Mei 2023 - 14:30:34 WIB   0
Lain - Lain   Politeknik Harapan Bersama  

Share:

Tinggalkan Komentar

Email dan No. HP tidak akan kami publikasikan

Info Penerimaan Mahasiswa