SOLUSI MENGATASI BURNOUT DALAM BEKERJA

Belakangan ini dengan adanya kemudahan akses internet, media sosial, dan media komunikasi seakan menuntut kita bekerja tanpa batas. Di malam hari tetap menerima tugas dengan alibi “mumpung ingat”. Hal itu tidak baik untuk jangka panjang dan dapat menimbulkan stres kerja. Menurut world health organization (WHO), stres kerja adalah respon ketika mempersepsikan adanya kesenjangan antara tuntutan kerja yang didapat dengan kapasitas yang dimiliki untuk mengatasinya. Stres kerja perlu diwaspadai karena efek jangka panjang kurang baik untuk kesehatan fisik maupun mental, yang mana akan sampai pada burnout. Burnout yaitu sindrom emosional yang menunjukkan kelelahan dan sinisme serta kecenderungan bersikap negatif selama melaksanakan pekerjaan (Maslach dan Leiter, dalam Aryatno, 2019) yang disebabkan oleh tekanan pekerjaan. Burnout adalah stres kronis yang berkepanjangan. Jika seseorang menemukan stres dari pekerjaan, keluarga, relationship yang berlama-lama, bertumpuk sampai menggunung menjadi sesuatu yang besar, dan tidak menemukan penyelesaian akan itu, maka akan ada pada tahap burnout. Burnout is never a good thing


Burnout is a real thing dan betul-betul dialami oleh beberapa orang. Kenyataannya real burnout memiliki 2 (dua) efek samping yang lumayan parah, yaitu fisik dan emosional. Fisik ada di tahap jika orang sudah mengalami real burnout akan berdampak pada stres kronis, mengalami diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, masalah kesuburan pada wanita, daya tahan tubuh rendah, dan dampak negatif lainnya. Sedangkan untuk emosional berdampak sinis, cemas, tidak produktif dalam sehari-hari, menganggap semua hal baik yang diberikan dari orang terdekat itu sebagai hal buruk. Dalam beberapa kasus juga sudah sampai pada tahap suicidal thoughts atau pikiran untuk bunuh diri. Jadi, jika ada orang ada di tahap burnout, lebih baik berhenti melakukan apa yang dilakukan, istirahat, dan mencari solusi untuk keluar dari burnout


Era sekarang yang paling banyak dikorelasikan dengan burnout adalah workplace. Beberapa pekerjaan memaksa karyawan untuk lembur, dipaksa untuk melakukan banyak hal tanpa memperhatikan kesehatan karyawan. Sebelum burnout, kita akan mengalami fase stres. Lelahnya stres dengan lelahnya burnout berbeda. Jika kita sudah istirahat, tidur cukup, makan, jalan-jalan, kemudian keesokan harinya sudah fit kembali, maka itu masih di tahap stres yang dapat diatasi. Namun, jika burnout, ketika kita sudah tidur selama mungkin, akan tetap merasa tidak dapat fokus. 


Beberapa hal yang dapat mengatasi burnout. Pertama, merealistiskan ekspektasi. Ekspektasi untuk mencapai sesuatu dalam waktu singkat itulah yang membuat timbulnya stres. Setiap orang perlu memperhatikan grit atau ketahanan untuk melakukan sesuatu secara jangka panjang. Namun, grit bukan diartikan ketika sedang down, kemudian tetap push though karena jangka panjang akan berdampak pada fungsi ketahanan. Kedua, kontak sosial atau mencari dukungan dari orang terdekat, karena salah satu gejala burnout adalah bertindak agak berbeda dengan teman-teman, seperti sudah mulai menutup diri, sinis, dan mudah marah. Terakhir, merubah cara pikir kita, perlu asosiasikan apa yang terjadi dengan satuan waktu dan spill prioritas pekerjaan. 


Burnout dapat dihindari dengan stress management dan work life balance. Karena kita sebagai manusia pasti akan mengalami stres, maka perlu mengatur hal tersebut untuk jangka panjang. Jangan jatuh pada jebakan toxic productivity yang akhirnya membuat kita tidak produktif ke depannya. Namun, jangan menyalahgunakan burnout agar tidak bekerja. Sebagai pekerja, ambil hak cuti untuk sekedar melakukan hobi, olahraga, tidur yang berkualitas, dan refreshing. Salam sehat dan produktif.


Oleh:

Ghea Dwi Rahmadiane, S.E., M.Si., CAPM., CAPF.

Dosen Sarjana Terapan Akuntansi Sektor Publik 

Politeknik Harapan Bersama


04 Mei 2023 - 10:42:21 WIB   0
Politeknik Harapan Bersama   Prodi D-4 Akuntansi Sektor Publik  

Share:

Tinggalkan Komentar

Email dan No. HP tidak akan kami publikasikan

Info Penerimaan Mahasiswa